Oleh AHMAD AGUS FITRIAWANOLEH AHMAD AGUS FITRIAWAN Alkisah, seorang raja dan seorang menteri. Menterinya ini senantiasa berkata “Yang terbaik adalah pilihan Allah SWT.” Setiap ada orang yang terkena musibah, akan dinasihati oleh sang menteri dengan mengatakan, yang terbaik adalah pilihan Allah SWT. Suatu saat sang raja yang terkena musibah. Jari raja ini terputus karena suatu hal. Sang menteri datang dengan tetap mengatakan, wahai raja yang terbaik adalah pilihan Allah. Jarimu putus itu adalah yang terbaik. Mendengar ucapan menterinya ini, raja pun tersinggung dan marah. Dia mengatakan, “Jari saya putus yang terbaik? Penjarakan dia!” Akhirnya, sang menteri dipenjara. Tatkala di penjara, dengan mudah menteri ini mengatakan, yang terbaik adalah pilihan Allah SWT. Ternyata benar, suatu saat sang raja pergi bersama bawahannya untuk berburu atau suatu keperluan. Mereka terjebak, pergi ke tempat yang jauh, lalu mereka ditangkap oleh segerombolan orang penyembah dewa tertentu. Mereka ditangkap dan disembelih satu per satu sebagai tumbal untuk dewa-dewa mereka. Tatkala tiba giliran sang raja, mereka dapati jari raja ini putus. Mereka anggap raja ini orang yang cacat yang tidak pantas dikorbankan untuk sesembahan mereka. Akhirnya raja pun dibebaskan. Saat itulah sang raja sadar akan kebenaran perkataan menterinya. Jarinya yang putus ini adalah suatu kebahagiaan, merupakan anugerah sehingga dia tidak jadi dibunuh oleh orang-orang tersebut. Ia pulang dengan begitu semangat, lalu membebaskan sang menteri. Raja mengatakan, “Benar perkataanmu, yang terbaik adalah pilihan Allah SWT. Saya bisa selamat dari cengkeraman mereka.” “Namun, saya ingin bertanya, mengapa waktu engkau dipenjara, kau katakan yang terbaik adalah pilihan Allah SWT? Apa kebaikan yang kau alami di penjara?” tanya sang raja. Menteri menjawab, “Seandainya saya tidak dipenjara, saya akan pergi turut serta berburu bersamamu. Saya akan ditangkap dan disembelih oleh mereka. Oleh karena itu, saya dipenjara adalah yang terbaik.” Kisah di atas memberikan pelajaran berharga. Pertama, percayalah takdir Allah SWT pasti yang terbaik untuk kita, sekalipun terlihat berat, sulit, pahit, dan tidak menyenangkan. Sungguh Allah SWT lebih mengetahui kemaslahatan yang terbaik bagi seorang hamba daripada hamba itu sendiri QS 4 19. Kedua, janganlah selalu merasa ketika Allah memberikan kita takdir yang sulit untuk dilakukan lantas langsung berprasangka buruk kepada Allah. Yakinlah bahwa Allah SWT tidak membebankan segala sesuatu kepada hambanya melainkan karena kesanggupannya 286. Ketiga, selipkanlah rasa syukur dan tumbuhkanlah kesabaran atas setiap takdir yang menimpa diri. Keempat, belajarlah tawakal dan berserah kepada Allah, meyakini bahwa rencana dan takdir Allah yang terbaik dan indah. Kita boleh bercita-cita dan berencana, tapi yakinlah jika kita sudah berusaha dan berdoa maka keputusan Allah SWT adalah yang terbaik, meskipun terkadang menurut kasat mata adalah buruk bagi kita QS 40 60 dan QS 3 159. Semoga kita menjadi seseorang yang senantiasa berprasangka baik terhadap Allah dan meyakini bahwa takdir-Nya adalah pilihan yang terbaik untuk kita setelah kita berdoa dan berusaha. Wallahu a’lam.
Diatidak akan mengucapkan janji-janji tidak pasti. Karna dia tau engkau adalah untuknya.. Pilihan Allah tak selalu seindah inginmu, namun itulah pilihanNya. PilihanNya adalah yang terbaik untuk kita, mungkin kebaikan itu tidak pada Imammu yang terpilih itu. Melainkan jalan yang kita pilih. Takdir Allah Yang Terbaik Bismillâhi wal hamdulillâhi wash shalâtu was salâmu ala rasûlillâh, Sahabat fillah, mengimani takdirnya Allah ﷻ merupakan salah satu komponen dari rukun iman. Hal ini termasuk dalam rukun iman yang ke-6. Kata “iman” berarti percaya atau meyakini. Maka, orang yang mengimani rukun iman yang 6 adalah orang yang meyakini kebenaran dari rukun iman tersebut. Takdir adalah sebuah ketetapan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Harus diperhatikan dalam memahami takdir karena salah memahami keimanan terhadap takdir dapat berakibat fatal, menyebabkan batalnya keimanan seseorang. Ahlus sunnah beriman bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menetapkan seluruh takdir sejak azali, dan Allah mengetahui takdir yang akan terjadi pada waktunya dan bagaimana bentuk takdir tersebut, semuanya terjadi sesuai dengan takdir yang telah Allah ﷻ tetapkan. Perjalanan kehidupan manusia tidaklah selalu lurus layaknya sebuah jalan tol. Ada lika-liku, naik-turun bahkan tikungan tajam. Hal ini juga serupa dengan tidak selalu hal baik yang kita inginkan yang terjadi dalam kehidupan kita, ada hal-hal yang sama sekali tidak kita inginkan, namun Allah Subhanahu wa Ta’ala takdirkan itu pada kita. Sedih, kecewa, dan marah, mungkin itu yang akan menjadi respon pertama kita ketika mendapati hal yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita. Tak selalu gembira dan tawa yang menjadi teman dalam kehidupan kita. Kadang air mata dan rasa kecewa mau tidak mau juga menjadi teman. Mungkin jika bisa memilih, kita ingin selalu mendapati apa yang kita inginkan dalam kehidupan kita. Sebenarnya, apakah kita pernah mengetahui keinginan kita akan berdampak baik untuk kita atau tidak? Selama ini, kita selalu saja menilai dan melihat sesuatu hanya melalui sudut pandang yang kita senangi saja. Jarang bahkan hampir tidak pernah kita memikirkan dampak lain dari pilihan atau keinginan kita. Kita terlalu asyik dengan gambaran kebaikan yang sebenarnya kita sendiri yang menciptakan hal tersebut, yang belum tentu hal itu bakal menjadi sebuah kenyataan. Tapi, bukan berarti kita harus menghentikan keinginan atau impian kita. Tetap lanjutkan sebuah impian dan keinginanmu, namun ada hal yang harus kamu ubah, yaitu percaya dan menerima takdir yang menghampirimu. Kemungkinan ada banyak diantara kita, ketika menerima takdir yang tidak diinginkan akan menjadi sedih. Hal itu wajar, karena kondisi yang sudah kita harapkan ternyata malah sebaliknya. Ketika kita sudah berusaha mati-matian untuk memperjuangkan hal yang menjadi keinginan kita, namun pada nyatanya yang terjadi adalah hal yang sama sekali tidak kita harapkan. Murka pada takdir, dan seolah merasa seperti satu-satunya manusia yang dizhalimi oleh takdir. Kalau kita melihat kilas balik, sangat banyak kejadian yang ditetapkan oleh Allah kepada orang-orang terdahulu yang jauh dari ekspektasi mereka. Simaklah Kisah Ini Kisah ibunda Nabi Musa n yang menghanyutkan anaknya di atas laut. Lihatlah, kecemasan dan ketakutan yang luar biasa menghinggapi saat mengetahui anaknya berada di tangan keluarga raja Fir’aun. Tetapi, tanpa diduga tragedy itu berbuah manis di kemudian hari. Perhatikan pula dengan seksama kisah hidup Nabi Yusuf n, maka kamu akan menemukan bahwa kaidah ini cukup menggambarkan drama mengharukan antara Nabi Yusuf n dan sang ayah, Nabi Ya’qub n. Lihatlah kisah bocah laki-laki yang dibunuh oleh Nabi Khidir n atas perintah langsung dari Allah. Apa yang dilakukan oleh Nabi Khidir itu membuat Nabi Musa n bertanya-tanya, maka Nabi Khidir n pun memberikan jawaban yang kata-katanya diabadikan di dalam al-Qur’an. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Dan adapun anak muda itu, maka keduanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuan yaitu kepada kesesatan dan kekafiran. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya kepada ibu bapaknya.” al-Kahfi [18] 80-81. Dari kisah tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa dari setiap kejadian yang mungkin tidak kita sukai atau senangi terdapat kebaikan yang Allah ﷻ berikan didalamnya. Namun kita sebagai manusia, jarang sekali melihat kebaikan tersebut, dan cenderung lebih menilai dari keburukannya. Dalam hidup kita selalu merasa apa yang menjadi pilihan kita dan apa yang kita sukai adalah hal yang terbaik bagi kita. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” al-Baqarah [2] 216. Dari ayat diatas menggambarkan tentang apa-apa yang kita sukai belum tentu baik untuk kita, dan sebaliknya apa yang buruk menurut kita belum tentu benar buruk adanya. Manusia hanya bisa melihat melalui panca indranya yaitu mata yang sebenarnya juga memiliki kerterbatasan. Allah lah sejatinya yang dapat melihat segala sesuatu dan mengetahuinya tanpa ada batasan apapun. Hal ini sesuai dengan asma Allah yaitu al- Bashîr dan al-Alim, yaitu Maha Melihat dan juga Maha Mengetahui. Maka dari itu, tidak sepatutnya kita merasa bahwa kita mengetahui segala sesuatu yang terbaik bagi kita dan seolah kita, kita sebagai manusia hanya dapat berikhtiar untuk mendapatkan sesuatu. Namun takdir Allah lah yang akan menetapkan itu semua, dan kita harus menanamkan sifat ikhlas dalam diri kita agar tidak pernah kecewa terhadap apa pun keputusan Allah. Karena Allah tidak akan mungkin mengecewakan hambanya. Ada sebuah syair yang berkaitan dengan hal ini, yaitu “Seseorang seharusnya berusaha sekuat tenaganya mendapatkan kebaikan. Tetapi, ia tidak akan bias menetapkan keberhasilannya. Takdir Allah adalah yang Terbaik Sahabat fillah, takdir Allah adalah yang terbaik. Janganlah selalu merasa ketika Allah memberikan kita takdir yang sulit untuk dilakukan lantas kita langsung berprasangka buruk kepada Allah. Kita tahu banyak orang hebat diluar sana yang lahir dari sebuah kesulitan, namun mereka tidak lantas menyerah dan putus asa. Karena mereka yakin bahwa Allah tidak membebankan segala sesuatu kepada hambanya melainkan karena kesanggupannya. Jenderal Sudirman merupakan seorang pemuda yang memiliki kekurangan dalam hal fisik, yaitu kakinya lumpuh dan menderita penyakit kronis. Hal itu menyebabkan ia selalu ditandu untuk memimpin pasukannya. Apa yang dialami oleh Jenderal Sudirman bukanlah sesuatu yang diinginkan oleh beliau ataupun keluarganya. Namun itu sudah berupa ketetapan yang sudah Allah takdirkan. Namun lagi dan lagi, Allah tidak pernah memberikan sebuah keburukan pada hambanya, walaupun fisiknya yang kurang tetapi Jenderal Sudirman dapat merintis dasar-dasar kemiliteran Indonesia, dan menjadi orang pertama yang mendapatkan gelar panglima besar. Tidaklah mungkin Allah memberikan sesuatu yang pahit jika bukan hal manis yang menjadi penawarnya. William James mengatakan bahwa terkadang cacat yang kita derita justru dapat membantu kita meraih prestasi sehingga sampai pada titik yang tidak terduga. Subur, 2008, 99 ideas happy for life. Kita harus selalu ingat bahwa terkadang Allah l memberikan sebuah nikmat tidak hanya melalui sebuah kesenangan, adakalanya melaui sebuah cobaan besar dan sebuah kesengsaraan. Disinilah pentingnya berprasangka baik kepada Allah l dan takdir yang akan ditetapkan oleh Allah l. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” an-Nisa’ [4] 19. Terjemahan ayat ini menjadi penutup dari tulisan ini. Bahwa pada dasarnya Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak akan pernah mengecewakan hambanya. Segala takdir yang Allah Subhanahu wa Ta’ala telah tetapkan memiliki sebuah hikmah dan pelajaran didalamnya. Semuanya tergantung dari sudut pandang kita yang menilainya. Referensi Subur, J.2008, Februari 99 ideas for happy life Tarmizi, N.2016, Maret 10ketetapan Allah adalah yang Ayu Winda Rizky NIM 184213136 Ekonomi Islam Mutiara Hikmah Rasulullah ` bersabda, “Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” Muslim, no. 2664 Download Buletin klik disini TontonPilihan Allah Yang Terbaik - Ustadz Abdullah Taslim, MA. - KO pedas di Dailymotion . Cari. Perpustakaan. Masuk. Buat akun. Tonton dalam layar penuh. 4 tahun yang lalu. Pilihan Allah Yang Terbaik - Ustadz Abdullah Taslim, MA. KO pedas. Ikuti. 4 tahun yang lalu. Laporkan. Telusuri video lainnya.SAHABAT Abu Dzar Radhiyallahu anhu menjelaskan bahwa kondisi susah miskin atau sakit lebih baik bagi seorang hamba daripada kondisi senang kaya dan sehat Imam adz-Dzahabi dan Ibnu Katsir menukil dalam biografi sahabat yang mulia dan cucu kesayangan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu anhu, bahwa pernah disampaikan kepada beliau tentang ucapan sahabat Abu Dzar Radhiyallahu anhu. “Kemiskinan lebih aku sukai daripada kekayaan dan kondisi sakit lebih aku sukai daripada kondisi sehat.” Maka al-Hasan bin Ali berkata, “Semoga Allah merahmati Abu Dzar, adapun yang aku katakan adalah, Barangsiapa yang bersandar kepada baiknya pilihan Allah untuknya, maka dia tidak akan mengangan-angankan sesuatu selain keadaan yang telah Allah pilihkan untuknya. Inilah batasan sikap selalu ridha menerima segala ketentuan takdir Allah dalam semua keadaan yang Allah berlakukan bagi hamba-Nya.’” Karena biasanya seorang hamba lebih mudah bersabar menghadapi kesusahan daripada bersabar untuk tidak melanggar perintah Allah dalam keadaan senang dan lapang, sebagaimana yang diisyaratkan dalam sabda Rasulullah, “Demi Allah, bukanlah kemiskinan yang aku takutkan akan merusak agama kalian, akan tetapi yang aku takutkan bagi kalian, adalah jika perhiasan dunia dibentangkan diijadikan berlimpah bagi kalian sebagaimana perhiasan dunia dibentangkan bagi umat terdahulu sebelum kalian, maka kalian pun berambisi dan berlomba-lomba mengejar dunia sebagaimana mereka berambisi dan berlomba-lomba mengejarnya, sehingga akibatnya dunia itu membinasakan kalian sebagaimana dunia membinasakan mereka,” HR. Al-Bukhari dan Muslim Al-Hasan bin Ali mengomentari ucapan Abu Dzar di atas dengan pemahaman agama yang lebih tinggi dan merupakan konsekuensi suatu kedudukan yang sangat agung dalam Islam. Yaitu ridha kepada Allah sebagai Rabb Pencipta, Pengatur, Pelindung, dan Penguasa bagi alam semesta, yang berarti ridha juga kepada segala perintah dan larangan-Nya, kepada ketentuan takdir dan pilihan-Nya, serta kepada apa saja yang diberikan dan yang tidak diberikan oleh-Nya. Kitab Fiqhul Asma’il Husna Sikap ini merupakan ciri utama orang yang akan meraih manisnya dan sempurnanya iman, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Akan merasakan kelezatan manisnya iman, orang yang ridha dengan Allah Subhanahu wa ta’ala sebagai Rabb-Nya dan Islam sebagai agamanya serta Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai rasulnya,” Muslim Bersandar dan berserah diri kepada Allah adalah sebaik-baik usaha untuk mendapatkan kebaikan dan kecukupan dari-Nya. Allah Subhanahu wa ta’ala sendiri telah menjanjikan hal ini dalam QS. Ath-Thalaq ayat 3 bahwa Allah akan mencukupi orang yang senantiasa bertawakal kepada-Nya. Semoga kita senantiasa bersyukur dan ridha atas apa yang telah Allah tetapkan. [] Sumber Al-Mawaddah Jumadal Ula 1435 H. Diterbitkan Lajnah Dakwah Ma’had al-Furqon al-Islami oleh muslimahBersabarlah wahai hati insya Allah akan ada hati yang siap menemani" "Semua pengorbanan dan perjuangan kel akan mendapatkan balasan yang terbaik" "Jangan khawatir jodoh terbaik ya Allah siapkan untuk kita pasti datang diwaktu yang tepat" Mutiara Islam "Semoga Kesedihanku menjadi perjuangan menjaga kemuliaan diriku" Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Tulisan ini terinspirasi dari tulisan teman saya. Beliau menuliskan pengalaman hidup dalam perjalanan kariernya. Sebaik apapun rencana yang kita buat maka jika Allah tidak menghendaki maka tidak akan terwujud. Yang akan terwujud dan terjadi itulah rencana Allah bagi kehidupan kita Temanku itu menuliskan tentang pengalaman nya saat menjadi pemimpin yang sudah melebihi jatah masa jabatannya, namun tidak ingin menjabat pimpinan di lembaga lain. Ia ingin jadi pegawai biasa di tempat yang sama. Namun jika dia berada di tempat yang sama maka harus ada teman yang dipindah ke lembaga lain. Berhubung temannya yang ditunjuk pindah tidak berkenan, terpaksalah dia mengalah dengan menyetujui jadi pegawai dilembaga lain. Hatinya terasa teriris sembilu, sedih dan kecewa. Setelah pindah ada pengumuman seleksi P3K gelombang 2, beliau mengikuti seleksi tersebut dan lolos seleksi sehingga menjadi pegawai pemerintah di lembaga sekolah dekat tempat tugasnya yang baru. Apa yang dialaminya, membuatnya sadar ternyata rencana Allah yang terbaik baginya. Ternyata hal yang tadinya membawa kekecewaan luar bisa, justru membawanya pada kebahagiaan. Dari pengalaman itu, membuat penulis sadar ternyata ketika kita menentukan sebuah harapan A namun justru yang terjadi adalah suatu harapan B yang tidak kita inginkan. Namun seiring berjalannya waktu, ternyata barulah kita sadari bahwa rencana B yang tidak kita inginkan itu justru suatu hal yang terbai bagi kita, yang membawa kita pada suatu kebaikan ataupun suatu keberhasilan. Saya jadi teringat, kejadian empat tahun silam. Waktu, ada dua kepala sekolah yang dimutasi yakni X dan Y. Keduanya akan ditempatkan di sekolah A dan B. Sebenarnya Sekolah A menginginkan mendapat pemimpin X yang konon memiliki karakter yang akan membuat guru nyaman dalam bekerja. Sementara' pemimpin Y adalah sosok pemimpin yang belum diketahui karakternya. Berdasarkan foto yang dikirimkan, guru-guru di sekolah A berpikir sosok yang dilihatnya dalam foto ber penampilan modis dengan make-up lengkap. Begitu diperlihatkan foto sosok Y, sontak para guru tidak menyukainya. Mereka mulai membuat dugaan-dugaan yang sifatnya negatif. Bahkan muncul kesepakatan untuk menghindari kedekatan dengan calon pemimpin waktu tiba, dua sosok pemimpin itu menjalankan tugas, kedua pemimpin itu mendapat reaksi kurang menyenangkan dari orang-orang yang dipimpinnya. . Yang mendapat pemimpin X , merasa kurang beruntung karena pemimpinnya tidak visioner, sehingga harapan untuk memajukan lembaga pendidikannya terasa kandas. Sebaliknya yang mendapat pemimpin Y , ada yang merasa tidak beruntung karena mendapat pemimpin visioner sehingga tugas mereka berjubel dan melelahkan, dan merasa tersakiti serta terdzolimi. Dari dua pemimpin tadi, ada suatu rencana Allah yang tidak diketahui oleh orang-orang yang dipimpin oleh pemimpin Y. Bahwa Allah berkehendak agar hambanya belajar bekerja keras, untuk mempertahankan lembaga tempatnya bekerja. Semua orang dibuat pinter merencanakan dan melaksanakan tugas sesuai tupoksinya. Agar apa? Agar kelak bisa jadi kader pemimpin yang bisa imemajukan lembaganya. Sebaliknya bagi orang-orang di lembaga B, tidak menyadari bahwa dipimpin oleh pemimpin yang visioner itu harus siap phisik dan mental baja. Jika tidak siap, maka mereka mungkin akan merasakan tekanan hebat sebagaimana yang dialami orang-orang di lemaga ulasan cerita tersebut, bisa kita ambil hikmahnya. Manusia hanya boleh berencana, namun Tuhanlah yang menentukan, Karena Allah lebih tahu mana yang terbaik bagi hamba-Nya Lihat Humaniora Selengkapnya
Al'Allamah Al Qurthubi _rahimahullah_ mengatakan, "Sebagian ulama menjelaskan: *tidak sepantasnya bagi orang yang ingin menjalankan di antara urusan dunianya sampai ia meminta pada Allah pilihan dalam urusannya tersebut yaitu dengan melaksanakan shalat istikhoroh*." (istikhoroh adalah memohon kepada Allah manakah yang terbaik).